Pada Sabtu siang menjelang sore, di awal Desember 2021, tak pernah terbayangkan oleh warga di lereng Gunung Semeru, akan mengalami bencana erupsi. Gunung yang gagah menjulang itu memuntahkan guguran awan panas, tanpa diduga sebelumnya.
Langit yang awalnya cerah mendadak menjadi gelap gulita. Tiba-tiba hujan turun, namun bukan hujan seperti biasa, ini adalah hujan air bercampur lumpur. Begitulah yang diutarakan Yuni, warga Desa Kebonagung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
“Kejadiannya begitu cepat, saat itu saya lagi masak, tak ada lima menit, langung gelap gulita,” kata Yuni.
“Tiba-tiba turun hujan, tapi kok hujannya campur lumpur, lalu dari arah barat ada asap tebal, saya kira kebakaran,” lanjutnya.
Seperti warga lainnya, Yuni pun dilanda kepanikan. Dia membayangkan nasib keluarganya di rumah, apalagi ada tiga anak yang masih kecil.
“Saya tetap bertahan di rumah, saat itu sekitar pukul 15.00 lewat. Saya tetap diam di rumah menunggu suami pulang,” katanya.
Suami Yuni kala itu belum juga pulang ke rumah. Suaminya sedari pagi hari mengantarkan pasir pesanan. Pasir memang menjadi komoditas utama warga setempat. Yuni kembali bercerita, sekira pukul 15.40 WIB langit perlahan kembali terang.
“Saya masih belum sadar kalau itu gunung meletus. Tahunya pas gelap, kok rumah debu semua.” katanya.
Yuni menambahkan, warga di sana mengira hujan biasa, lantaran di tempat tinggalnya sering hujan. Biasanya, siang sudah mendung lalu turun hujan.
“Sempat ada bunyi seperti petir gemuruh, tapi dikira hujan saja biasa, enggak nyangka itu suara gunung,” katanya.
Tak lama setelah itu suaminya pulang, dia pun mengikuti warga lainnya yang berbondong-bondong mengungsi ke Desa Jarit, di Kecamatan Candipuro yang menjadi tempat pengungsian penyintas erupsi Semeru lainnya. Awalnya dia sempat ragu untuk mengungsi ke sana. Sempat terpikir untuk menginap sementara ke rumah saudara, namun niat itu diurungkannya, selain lokasinya yang jauh dia juga yakin kebutuhannya akan tercukupi saat berada di pengungsian.
Pasalnya, selain adanya bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), banyak pihak-pihak yang turut mengulurkan bantuan untuk para pengungsi Semeru. Pemerintah daerah setempat pun sigap dalam memfasilitasi pengungsi.
Di pengungsian SMPN Satu Atap Jarit, yang terletak persis di belakang Kantor Desa Jarit, BAZNAS menyalurkan berbagai kebutuhan pokok, dan lebih dari ratusan makanan siap santap untuk para pengungsi. Selain itu, BAZNAS juga mendirikan layanan kesehatan gratis, serta ruang ramah anak guna memfasilitasi anak-anak bermain agar memulihkan trauma pasca bencana.
“Alhamdulillah di sini nyaman, segala kebutuhan terpenuhi, pelayanan tercukupi. Terima kasih banyak untuk para donatur BAZNAS, terima kasih telah bantu kami yang ada di sini dan terima kasih juga untuk dukungannya. Semoga Allah membalas kebaikan para donatur,” kata Yuni.
Wanita berusia 38 tahun itu masih belum tahu sampai kapan akan tinggal di pengungsian, namun satu yang dia harapkan adalah adanya bantuan untuk memulai kembali kehidupan baru bagi dia dan warga sekitar. Erupsi Semeru kali ini telah membuat hancur tempat tinggal dan tempat warga sekitar untuk mencari nafkah dari menambang pasir.
“Harapannya bisa membangun desa bersama-sama nanti, supaya ada lapangan kerja untuk awal usaha lagi, kebanyakan kami penambang pasir,” katanya.